Wiranto lahir pada 4 April 1947 di Solo, dan adalah seorang tokoh militer dan politikus Indonesia.
Karir Militer
Namanya
melejit setelah menjadi ADC Presiden Suharto tahun 1987-1991. Setelah
sebagai ajudan presiden, karir militer Wiranto semakin menanjak ketika
tampil sebagai Kasdam Jaya, Pangdam Jaya, Pangkostrad, dan KSAD.
Selepas
KSAD, ia ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Pangab (sekarang Panglima
TNI) pada Maret 1998. Pada masa itu terjadi pergantian pucuk
kepemimpinan nasional. Posisinya yang sangat strategis menempatkannya
sebagai salah satu pemain kunci bersama Wakil Presiden B.J. Habibie. Ia
tetap dipertahankan sebagai Pangab di era Presiden Habibie.
Karir Sipil
Kariernya
tetap bersinar setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tampil sebagai
presiden keempat Indonesia. Ia dipercaya sebagai Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan, meskipun kemudian dinonaktifkan dan mengundurkan
diri. Pada 26 Agustus 2003, ia meluncurkan buku otobiografi dengan judul
Bersaksi di Tengah Badai.
Setelah
memenangi konvensi Partai Golkar atas Ketua Umum Partai Golkar Ir.
Akbar Tandjung, ia melaju sebagai kandidat presiden pada 2004. Bersama
pasangan kandidat wakil presiden Salahuddin Wahid, langkahnya terganjal
pada babak pertama karena menempati urutan ketiga dalam pemilihan umum
presiden 2004.
Menyosong Pemilu 2009
Pada
21 Desember 2006, ia mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Partai
Hanura) dan tampil sebagai ketua umum partai. Deklarasi partai dilakukan
di Hotel Kartika Chandra, Jakarta dan dihadiri ribuan orang dari
berbagai kalangan. Mantan presiden Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum
Partai Golkar Ir Akbar Tandjung, mantan wakil presiden Try Sutrisno,
Ketua Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring, mantan Kepala Staf
TNI Angkatan Darat Ryamizard Ryacudu, mantan menteri perekonomian Kwik
Kian Gie, dan tokoh senior Partai Golkar Oetojo Oesman menghadiri
peresmian partainya.
Deklarasi
partai juga dihadiri sejumlah pengurus, yaitu mantan Sekjen Partai
Golkar Letnan Jenderal TNI (Purn) Ary Mardjono, mantan Gubernur Jawa
Tengah Ismail, mantan menteri pemberdayaan perempuan DR Hj. Tuty
Alawiyah AS, Yus Usman Sumanegara, mantan Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, mantan Kepala Staf TNI
Angkatan Darat Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS, mantan Wakil Panglima
ABRI Jenderal TNI (Purn) H. Fachrul Razi, mantan Kepala Kepolisian RI
Jenderal Polisi (Purn) Chaeruddin Ismail, Marsda TNI (Purn) Budhi
Santoso, Letnan Jenderal (Purn) Suadi Marasabessy, Mayor Jenderal TNI
(Purn) Aspar Aswin, Laksda TNI (Purn) Handoko Prasetyo RS, Mayor
Jenderal TNI (Purn) Aqlani Maza, Mayor Jenderal (Purn) Djoko Besariman,
Mayor Jenderal (Purn) Iskandar Ali, Samuel Koto, dan mantan menteri
keuangan Fuad Bawazier, pendiri Partai Bintang Reformasi Djafar
Badjeber, pengacara Elza Syarief, Gusti Randa, dan pengusaha asuransi
Jus Usman Sumaruga.
Pada 17 Januari 2007, ia
bertemu dengan Ketua DPR-RI Agung Laksono di Komplek MPR/DPR, Senayan
(Jakarta). Pertemuan itu menjadi langkah awal dalam menyosong pemilu
2009. Ia menyatakan kesiapannya berhadapan kembali dengan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono jika mencalonkan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar